Kairo, NU Online
Aksi demonstrasi damai besar-besaran, Kamis, 27 Oktober 2011 berlangsung di Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir. Aksi yang diikuti oleh perwakilan ulama, dosen dan mahasiswa tersebut dimaksudkan sebagai solidaritas terhadap Grand Mufti Mesir Dr. Ali Jum'ah, atas tindakan pelecehan oleh kelompok Wahhabi.
Tidak hanya dihadiri oleh perwakilan ulama besar, dosen dan mahasiswa, aksi damai itu juga didukung penuh oleh kelompok-kelompok tarekat Sufi se Mesir, antara lain Sazdiliyah, Rifa’iyah, Khalwatiyah, dan lain sebagainya. Ketua dewan Sufi tertinggi Mesir al-Qashabi, dan ketua Gerakan Pembaharuan Sufi Syeikh Abu al-Aza’im juga hadir.
Dalam aksinya massa demonstran membentangkan sejumlah spanduk bertuliskan “Tak boleh ada pelecehan simbol-simbol Al-Azhar”, “Al-Azhar, ya ahlu sunnah wal jama’ah”, “Mufti Mesir, kami mendukungmu”, “Al-Azhar satu-satunya representasi Islam”, “Al-Azhar al-Syarif benteng Mesir terkokoh dari serangan penfitnah”.
Massa demonstran juga membagi-bagikan poster bergambar Grand Syeikh Ahmad al-Tayeb, Grand Mufti Mesir Ali Jum’ah dan Syeikh Mutawalli al-Sya’rawi.
Terkait pelecehan oleh kelompok Wahhabi yang akhirnya memicu terjadinya aksi demonstrasi damai, semua pembesar ulama sepakat bahwa setiap bentuk pelecahan harus diterima dengan lapang dada. Ini bukan karena tak mampu membalas, tapi semata karena meniru akhlak Nabi Muhammad SAW.
Dr. Usamah al-Sayed sebagai pembawa acara menegaskan, transmisi hadis Al-Azhar bersambung langsung pada Rasulullah, baik secara pemahaman maupun secara periwayatan, tazkiyah dan suluk.
“Balasan yang bisa kita lakukan bagi orang yang melakukan dosa pada Allah (dalam bentuk pelecehan pada sesama Muslim), adalah dengan menambah intensitas ketaatan kita kepada-Nya," tutup Usamah dalam pidatonya.
Sampaian Usamah tersebut mendapatkan sambutan positif massa demonstran. Mereka menyampaikan pendapat yang sama dengan secara kompak memekikkan gema takbir. "Allahu Akbar, Allahu Akbar. Hidup Al Azhar," teriak massa demonstran.
Dalam orasi bergilir, mulai dari Dr. Hasan al-Syafi’I (pensehat Grand Syeikh), Dr. Ra’fat Ustman (anggota Majelis Riset Keislaman), nnDr. Sa’duddin al-Hilali, Dr. Thoha al-Dasuki Hibisyi, menegaskan, bahwa tabiat keras bukan menjadi ciri khas masyarakat Mesir. Bila melihat sejarahnya masyarakat Mesir dikenal ramah, hangat dan toleran. Bahkan Islam masuk ke Mesir dengan damai.
Kata-kata kotor yang melecehkan orang lain di chanel-chanel TV Wahhabi sangat tidak bermoral, apalagi yang dilecehkan adalah ulama Al-Azhar sebagai representasi umat Islam. Dalam kesaksian Dr. Ra’fat Ustman, jasa Ali Jum’ah sangat besar, terutama bagi perkembangan peran Darul Ifta’ Al Mishriyah (Badan Fatwa Mesir), yang kemudian bisa mendunia. Ustman secara sengaja tak mau menyebut nama orang yang melecehkan Mufti karena menyalahi akhlak Nabi Saw., selain itu beliau mengaku tak mau mengotori mulutnya dengan nama itu.
Mengenai pelaku pelecehan terhadap Grand Mufti Mesir Dr. Ali Jum'ah, belakangan di beberapa media Mesir mulai tersiar tentang siapa tokoh Wahhabi yang telah melecehkan pembesar ulama Al-Azhar. Melalui Saluran TV Satelit Al-Hikmah yang kemudian bisa diakses melalui Youtube, terlihat jelas bagaimana tokoh Salafi (sebutan lain Wahhabi) yang bernama Abu Ishaq al-Huwaini mengeluarkan kata-kata kotor yang tak pantas dilakukan orang, apalagi mereka yang mengaku sebagai ulama, pewaris risalah kenabian.
Al-Huwaini kemudian dituntut di pengadilan dengan pasal pencemaran nama baik, tetapi sidang pengadilan diserbu oleh para pendukung Wahhabisme yang tidak rela pemimpin mereka diadili.
Yang menarik meski diikuti oleh ribuan massa, aksi tersebut berjalan dengan kondisi yang benar-benar damai hingga berakhirnya kegiatan. Panitia demonstrasi memberikan tempat tersendiri untuk demonstran wanita dan anak-anak, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya tindakan pelecehan dan kriminal oleh sesama demonstran. Demonstrasi moral ini juga didukung oleh para alumni Al-Azhar di luar negeri yang ikut memberikan sambutan melalui hubungan jarak jauh, di antaranya adalah Dai Besar Habib Ali Al-Jufri dari Yaman dan Prof. Dr. Abdul Ghaffar Asy-Syarief dari Kuwait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.